Suatu sore ketika aku sedang di Delta plaza buat beli beberapa kebutuhan
sehari-hariku dan kebutuhan mandi. Saat itu aku memasuki plaza itu
dengan santainya karena aku memang tidak terburu-buru, dan aku memasuki
salah satu swalayan disitu dan memilih-milih barang kebutuhanku, dan
setelah selesai aku pergi ke kasir dan antri disitu.. Dan emang lumayan
panjang antriannya karena malam minggu.
Karena agak bosan antri maka aku tengok kanan kiri dan depan belakang
kayak orang kampung. Ketika kuperhatiin di depanku ternyata seorang
ibu-ibu yang membawa banyak belanjaan di keranjang belanjanya, dan
nampaknya dia agak keberatan. Ketika kuperhatiin lebih lanjut ternyata
dia lumayan menarik walaupun badannya agak over weight. Dari wajahnya
kuperkirakan sekitar umur 35 tahun, tingginya sekitar 158 dan beratnya
sekitar 65 kg. Kuperhatiin payudaranya sekitar 34C wah? Gede banget?
Sampai terbayang pikiran kotor di otakku yang emang ngeres. Posisi dia
yang berdiri agak menyamping jadi aku bisa puas memandanginya dari
samping dan ketika dia menengokku (mungkin merasa di perhatiin) dan
matanya bentrok dengan mataku dan dia tersenyum padaku hingga aku agak
malu karena kepergok memandanginya sebegitu detail.
Pada saat giliran wanita di depanku dia mengangkat barang-barang
belanjaannya dan salah satu barang belanjaannya jatuh secara otomatis
aku menangkapnya dan ternyata dia juga berusaha menangkap barang
tersebut sehingga walaupun barang itu terpegang olehku ternyata
terpegang juga oleh tangannya sehingga kami seolah-olah bergandengan
tangan.
“Maaf Mbak,” kataku agak malu karena menyentuh tangannya yang halus dan hangat itu.
“Enggak apa-apa kok Dik, terima kasih telah membantu menangkap belanjaan saya yang jatuh” jawabnya sambil tersenyum.
Kemudian dia melanjutkan aktifitasnya dengan kasir, setelah selesai
semua dia keluar dan menoleh kepadaku sambil menganggukan kepalanya
kepadaku dan bibirnya tersenuym manis. Dan akupun menganggukkan kepala
sambil tersenyum.
Setelah selesai belanja kemudian aku jalan agak santai menuju pintu
keluar, ternyata di loby wanita itu masih berada di loby tersebut dan
disampingnya banyak belanjaannya, kemudian aku lewat di depannya dengan
cueknya dan pura-pura nggak mengenalinya.
“Ech, Dik” kata wanita itu sambil mengejarku.
“Iya Mbak, ada apa.. Ech.. Ini Mbak yang tadi yaa” kataku.
“Iya Dik, adik mau Bantu Mbak nggak Dik” tanya wanita itu.
“Kalau saya bisa membantu Mbak dengan senang hati saya Bantu Mbak. Och ya, nama saya Dony..” kataku sambil mengulurkan tanyaku.
“Saya Ida,” kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya.
“Apakah yang bisa saya Bantu Mbak” tanyaku.
“Itu, barang-barang Mbak kan banyak jadi bingung bawanya ke mobil Mbak,
jadi kalau bisa minta tolong ama Dik Dony buat bantuin Mbak angkat
barang-barang Mbak ke mobil. Itupun kalau Dik Dony enggak keberatan”
kata wanita itu sambil tersenyum tetapi tatapannya penuh permohonan.
“Oh, gitu, kalau cuma gitu sih gampang soalnya barang-barang saya cuma
dikit jadi enggak masalah kalau cuma Bantu Mbak” jawabku sambil
mendekati barang belanjaan Mbak Ida.
“Terima kasih sebelumnya lho Dik Dony, Mbak telah merepotkan” kata Mbak Ida agak kurang enak.
“Enggak apa-apa kok Mbak biasa. O.. Ya.. Mobil Mbak di sebelah mana” tanyaku.
“Disana itu” kata Mbak Ida sambil menunjuk mobil Suzuki baleno warna hitam metalik.
Kemudian kami jalan bareng menuju ke mobil tersebut dan aku mengakat
barang-barang belanjaan mabk Ida, lumayan berat sih, tapi demi Mbak yang
menarik ini aku mau. Setelah meletakkan seluruh barang belanjaan Mbak
Ida kemudian aku pamit pergi.
“Terima kasih lho Dik Dony, telah bantuin Mbak. O.. Ya. Dik Dony rumahnya dimana” tanya Mbak Ida.
“Rumah saya di jl. M” jawabku pendek sambil memandang tubuh Mbak Ida yang sexy itu.
“Kalau gitu kita barengan aja pulangnya, soalnya Mbak rumah di perumahan G jadi kan dekat” ajak Mbak Ida.
“Enggak usah Mbak ntar ngrepotin Mbak ajak” tolakku dengan halus.
“Gak ngrepotin kok, Mbak malah senang kalau Dik Dony mau bareng ama Mbak
soalnya jadi ada yang diajak ngobrol waktu nyetir” katanya sambil
memintaku masuk ke mobil.
Kemudian aku masuk dan setelah dijalan kami mengobrol banyak, ternyata
Mbak Ida sudah punya suami dan seorang anak laki-laki berumur 4 tahun.
Dia cerita bahwa suaminya seorang pelayar jadi pulangnya 6 bulan sekali
bahkan terkadang setahun sekali dan dia tinggal dirumah dengan anak dan
pembantunya.
“Mampir ke rumah Mbak dulu ya Dik Dony, nanti biar Mbak anterin Dik Dony
kalau sudah bawa barang-barang kerumah” kata Mbak Ida dan aku hanya
mengangguk.
Ketika memasuki gerbang rumahnya dan kulihat sebuah rumah yang sangat
mewah. Dan akupun membawa barang-barang Mbak Ida ke dalam rumahnya,
kemudian aku dipersilahkan duduk di ruang tamu.
“Dik Dony mau minum apa” tanya Mbak Ida.
“Enggak usah Mbak, lagian bentar lagi kan saya pulang” jawabku.
“Minum dulu deh sambil kita ngobrol, Mbak sudah lama nggak ada teman ngobrol. Mau susu dingin” tanya Mbak Ida.
“Boleh” jawabku singkat.
“Sambil nunggu minuman Dik Dony nonton aja dulu” katanya Mbak Ida sambil
mengambil remote TV dan menyerahkannya padaku dan kemudian dia pergi
kebelakang untuk mengambil minum buatku.
Ketika kuhidupkan TV ternyata otomatis ke dvd dan filmnya ternyata film
semi porno. Cuek aja aku nonton, enggak kusadari ternyata Mbak Ida lama
mengambil minuman dan akupun asyik nonton film semi porno tersebut.
“Suka nonton gituan ya Dik,” tanya Mbak Ida mendadak sudah berada dibelakangku.
Aku tersentak kaget dan malu, lalu kumatiin TV-nya. Kulihat Mbak Ida
sudah ganti pakaiannya, sekarang mabk Ida memakai celana pendek dan you
can see. Sehingga nampak pahanya yang putih mulus dan ternyata dia tIdak
memakai bra sehingga nampak putingnya membayang di balik you can see
nya tersebut.
“Ech, enggak usah di matiin, Dik Dony kan sudah besar ngapain malu
nonton gituan. Mbak juga suka kok nonton film gituan jadi baiknya kita
ngobrol sambil nonton bareng” kata Mbak Ida.
Lalu kuhidupkan lagi TV tersebut dan kami mengobrol sambil nonton film
tersebut, ketika kuperhatiin ternyata nafas Mbak Ida nampak nggak
teratur, nampaknya Mbak Ida sudah menahan hornynya. Dan Mbak Ida merapat
ketubuhku sambil tangannya meremas tanganku. Kemudian dia berusaha
menciumku dan aku berusaha menghindar.
“Jangan Mbak” kataku.
“Kenapa Dik, apa Mbak sudah terlalu tua sehingga nggak menarik lagi buat Dik Dony” kata Mbak Ida.
“Bukan gitu Mbak, Mbak sih cantik dan sexy, lelaki mana seh yang enggak
tertarik ama Mbak. Tapi kan Mbak sudah punya suami dan nanti kalau di
lihat ama pembantu Mbak kan enggak enak,” jawabku.
“Ah.. Suami Mbak sudah 8 bulan nggak pulang sehingga Mbak kesepian, Dik
Dony mau kan nolong Mbak buat ilangin kesepian Mbak. Sedangkan pembantu
Mbak sedang dilantai atas main-main ama anak Mbak” kata Mbak Ida.
Tanpa menjawab kubalas ciuman Mbak Ida dengan lembut dan tanganku mulai
bermain dibalik baju Mbak Ida sehingga tanganku bisa meremas-remas
lembut payudara Mbak Ida yang besar dan sexy tersebut. Nafas Mbak Ida
semakin nggak beraturan dan mulutnya mulai mendesis-desis ketika lIdahku
sudah bermain di bagian leher dan telinga Mbak Ida.
“Kita ke kamar Mbak yuk” kata Mbak Ida.
Kemudian kami berjalan menuju kamar Mbak Ida. Sesampai di kamar Mbak
Ida, Mbak Ida langsung menerkamku dan menciumiku, dan akupun nggak kalah
sigapnya. Kuciumi seluhur leher Mbak Ida dan telinganya dan tak lupa
lIdahku bermain di leher dan telinganya sedangkan tanganku meremas,
mengelus payudara Mbak Ida dan semakin kebawah.
Kemudian kubuka baju Mbak Ida, wah.. ternyata tubuhnya sangat sexy
dengan sepasang payudara yang besar berukuran 34 C dan masih kencang dan
nggak nampak kalau Mbak Ida pernah melahirkan seorang anak. Payudaranya
yang mengacung ke atas dengan sepasang puting yang berwarna merah
kehitaman. Kemudian kuciumin payudara Mbak Ida, kuisap putingnya dan
kugigit-gigit kecil sehingga Mbak Ida mengluh dan mendesis menahan
nikmatnya kenikmatan yang kuberikan.
Kemudian setelah puas dengan payuadaranya kemudian kubuka celana pendek
Mbak Ida, dan nampaklah sebuah lebah mungil yang indah dan ditumbuhi
dengan bulu-bulu yang hitam dan halus. Kucium lembah tersebut sampai
Mbak Ida tersentak kaget, aku nggak peduli, kemudian kujilati
klitorisnya yang berwarna hitam kemerah-merahan. Mbak Ida menjerit-jerit
menahan kenikmatan dan tak lama kemudian air mani Mbak Ida membanjir
keuluar dari dalam liang vaginanya. Mbak Ida terkulai lemas.
“Apa yang kamu lakukan sayang. Suami Mbak nggak pernah memperlakukan Mbak seperti ini. Dik Dony emang luar biasa” kata Mbak Ida.
Kemudian aku melanjutkan lagi kegitatan lIdahku di sekitar leher dan
telinga sedangkan kedua tanganku berada di kedua payudara Mbak Ida yang
sangat sexy itu. Mbak Ida mulai menggeliat-geliatkan tubuhnya karena
menahan kenikmatan yang tIdak tertahankan olehnya. Tangan Mbak Ida
merengut bajuku hingga lepas dan kemudian membuka celana panjangku
sehingga aku hanya memakai celana dalam saja. Mr P ku yang sudah tegang
nongol dari celana dalamku karena emang Mr P-ku kalau sedang tegang
selalu nongol dari balik celana dalam karena celana dalamku nggak muat
buat menampung besar dan panjangnya Mr P-ku. Mbak Ida terbelalak melihat
Mr P-ku yang nongol dari balik celana dalamku dan kemudian dia membuka
celana dalamku sehingga rudal andalanku ngacung di depan mata Mbak Ida
yang memandangnya dengan bengong.
“Wah.. kok besar banget Dik Dony, punya suami Mbak aja enggak sebesar
ini dan jauh lebih kceil” kata Mbak Ida sambil mengelus Mr. P ku.
Kemudian lIdahku sudah bermain di payudara Mbak Ida dan Mbak Ida sudah
menjerit-jerit keenakan dan tangannya mengocok-kocok rudalku. Kemudian
aku mulai alihkan perhatianku ke Vagina Mbak Ida dan kujilati vagina
Mbak Ida sehingga Mbak Ida seperti kejang-kejang menerima serangan
lIdahku pada vaginanya. Kumasukkan lIdahku ke liang vagina Mbak Ida yang
sudah banjir kembali itu.
“Sudah donk sayang, jangan siksa Mbak. Cepat masukan punyamu sayang”
kata Mbak Ida memohoin karena sudah nggak tahan menahan rangsangan yang
kuberikan.
Tanpa perintah dua kali kemudian kuarahkan rudahku ke liang vagina Mbak
Ida, ternyata nggak bisa masuk, lalu ku gesek-gesekan kepala rudalku
buat penetrasi supaya rudalku bisa masuk ke liang kemaluan Mbak Ida.
Setelah kurasakan cukup penetrasinya kemudian kumasukan rudalku ke liang
senggamanya. Kepala rudalku sudah masuk ke liang vaginanya ketika
kucoba buat masukkan semuanya ternta nggak bisa masuk karena liang
vagina Mbak Ida sangat sempit buat rudalku yang berukuran 17 cm dan
berdiameter 4 cm.
Lalu kukeluar masukan perlahan-lahan ke[ala rudalku dan kemudian kutekan
agak paksa rudalku supaya masuk ke dalam liang vagina Mbak Ida. Kulihat
wajah Mbak Ida meringis aku jadi nggak tega maka kuhentikan gerakan
rudalku dan mulutku mulai beraksi lagi di seputar dada Mbak Ida sehingga
Mbak Ida mendesah-desah keras. Lalu kucoba memasukan rudalku dan
ternyata bisa masuk ¾ bagian dan kemudian kugerakan keluar masuk dan
itu ternyata mebuat Mbak Ida kelimpungan dan mulutnya menjerit-jerit
nikamat dan kepalanya di geleng-gelengkan kekiri dan ke kanan sedangkan
tangannya mencengkeram pinggiran kasur.
Lalu ketekan rudalku lebih keras hingga amblas ke liang vagina Mbak Ida
dan sampai menyentuh dinding rahim Mbak Ida. Kemudian ku gerakan keluar
masuk di liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida berteriak-teaik keras ketika ku
gerak-grwakkan rudalku dengan cepat dan tak lama kemudian kurasakan ada
jepitan yang keras dari liang vagina Mbak Ida dan tubuh Mbak Ida
mengejang dan terasalah semburan hangat pada kepala rudalku dari liang
vagina Mbak Ida. Mbak Ida terkulai lemas setelah menikmati orgasmenya
tersebut. Tanpa kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida kemudian ku
pelutk tubuh Mbak Ida yang montok dan kucium keningnya.
“Hebat kamu Dik, aku baru sekali ini menikmati kenikmatan yang luar
biasa” kata Mbak Ida sambil memandangku dengan kagum, karena aku belom
keluar keringat sedikitpun.
Setelah kurasakan Mbak Ida sudah agak pulih nafasnya kemudian ke genjot
lagi rudalku dIdalam vagina Mbak Ida. Dan itu berlalu sampai ronde yang
ke delapan dengan berbagai gaya yang kami lakukan.
“Kok belum keluar juga sayang, Mbak sudah lemas nih, tolong donk Mbak
sudah enggak kuat neh” kata Mbak Ida memintaku buat mengakhiri
permainanku.
Tanpa menjawab ku genjot lagi rudalku ke liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida
hanya bisa menjerit-jerit keenakan saja sambil menggeleng-gelengkan
kepala karena sdudah lemas tubuhnya sehingga gerakkannya terbatas.
“Mbak mau keluar lagi nih sayang” kata Mbak Ida.
“Barengan yuk Mbak. Dony juga sudah mau keluar nih. Keluarin dimana”
tanyaku sambil menahan nafas karena sudah menahan seluruh cairanku
mengalir menuju rudalku.
“Didalam saja” kata Mbak Ida sambil menggoyang-goyangkan pantatnya
Kemudian ku genjot keluar masuk rudalku dengan cepat.
“Oughh.. lebih cepat sayang. Mbak sudah mau keluar nih” kata Mbak Ida
sambil tubuhnya tegang siap-siap merasakan orgasme yang ke sembilannya.
“Ouaghh..” jerit Mbak Ida keras, sambil kurasakan ada semprotan hangat di kepala rudalku dari liang vagina Mbak Ida sehingga liang Mbak Ida banjir dengan air mani kami berdua.
Setelah agak lama kemudian kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida. Lalu kepeluk tubuh Mbak Ida dan kucium jIdatnya dan kemudian aku berbaring disisi Mbak Ida untuk mengatur nafasku yang tak beraturan.
Setelah mandi bareng (satu ronde lagi di kamar mandi) kemudian kami berpakain dan menuju ke ruang tamu.
“Kamu panggil aja Mbak dengan nama Mbak lagian umur kita kan enggak beda jauh” kata Mbak Ida sambil mencium pipiku.
“Iya Mbak. Aku sudah 25 tahun nih” kataku.
“Kamu besok-besok masih mau kan main ama aku” kata Mbak Ida memulai biar lebih akrab.
“Tentu saja sayang. Siapa sih yang enggak mau ama tubuh sexy dan wajah yang manis seperti ini. Emang Ida nggak takut ketauan” kataku.
“Enggak donk. Orang disni sepi banget lagian anakku tidur di kamarnya sendiri jadi ada apa-apa di kamarku kan enggak bakal ketauan” kata Ida sambil mengedipkan mata.
“Oke deh. Kalau begitu aku pulang ke kostku dulu yaa” kataku sambil berdiri.
“Bentar. Kuantar kamu pulang” kata Mbak Ida sambil pergi mengambil kuci mobilnya.
Begitulah sampai sekarang aku hampir tiap malam kerumah Mbak Ida buat memuaskan nafsu Mbak Ida yang lama nggak tersalurkan. Akupun sampai-sampai hampir nggak sempat mengunjungi pacarku.
0 komentar:
Posting Komentar